=====================================

 "Membangun Keluarga Indonesia"

 ====================================

 

 

 

Jepang Antisipasi Gempa Besar

Peringatan soal Gempa diharapkan Kurangi Korban

 

TOKYO, KAMIS — Jepang rentan terhadap gempa. Karena itu, negara ini terus memperbaiki sistem peringatan soal datangnya gempa. Mulai Senin (1/10), Jepang memasang sistem baru, yang mengeluarkan peringatan selama beberapa detik sebelum datangnya gempa, terutama gempa bumi besar.

 

Sistem ini diharapkan akan mengurangi korban jiwa dan tingkat kerusakan. Namun, ada yang mengkhawatirkan bahwa sistem baru itu hanya akan menyebabkan panik.

 

Seribu seismometer (pemantau gempa) dipasang di seluruh negeri dan akan memantau perkembangan getaran. Sistem itu juga akan langsung mengeluarkan peringatan, yang disampaikan kepada rakyat melalui TV dan radio. Peringatan itu dikeluarkan, terutama, jika gempa yang akan segera muncul itu tergolong kuat dan berpotensi meruntuhkan dinding dan memecahkan jendela.

 

Peringatan yang akan dikeluarkan Badan Meteorologi Jepang itu ditimbulkan dan seismometer. Alat itu dipasang di setiap jarak 25 km di seluruh Jepang, yang mendeteksi gelombang seismik “primer” dan gempa-gempa kuat. Gelombang primer ini datang lebih cepat dibandingkan dengan gelombang “sekunder” yang lebih kuat.

 

Para ahli mengatakan, sistem itu merupakan yang pertama dan jenisnya di dunia. Penggunaan system tersebut dapat mencegah korban jiwa karena memberi waktu kepada orang untuk ber siap-siap sebelum gempa mengguncang. Sistem itu juga bisa menyebabkan kereta api, lift, dan perusahaan-perusahaan langsung berhenti beroperasi.

 

Legenda

Jepang adalah negara di mana 20 persen dari gempa besar dunia terekam. Tokyo diramalkan akan mengalami sebuah gempa besar. Menurut Survei Geologi AS, sudah ada empat gempa yang menjadi legenda di zona yang disebut sebagai ring of fire (cincin api). Lembaga itu menyebutkan, tidak tahu kapan dan di mana, tetapi pasti akan terjadi lagi satu gempa yang akan menjadi legenda.

 

Stasiun radio swasta memilih untuk tidak bergabung dalam rencana itu selama enam bulan. Mereka khawatir skema itu menimbulkan panik di kereta api, teater, toko-toko, dan tempat-tempat lain di mana banyak orang berkumpul

 

“Kalau sebuah peringatan di keluarkan kepada penumpang-penumpang kereta bawah tanah pada jam-jam sibuk, misalnya, itu bisa menciptakan kekacauan yang besar,” kata Takehiko Yamamura, Kepala Lembaga Sistem Pencegahan Bencana, sebuah lembaga kajian swasta.

 

“Bayangkan jika ada seorang yang mengemudikan mobil dengan kecepatan 100 km per jam di jalan raya dan menerima peringatan melalui radio, sementara pengemudi lain di jalan raya yang sama tidak mendapatkan informasi itu, apa yang akan terjadi?” demikian Yamamura bertanya.

 

Pemerintah Jepang telah menguji sistem itu setahun lebih. Dikatakan, sistem itu sudah sepatutnya diteruskan.

 

Jepang masih terkenang dengan gempa besar tahun 1923 yang menewaskan 140.000 orang lebih di Tokyo, sebagian terbakar di dalam rumah akibat api dapur. Sebuah gempa berkekuatan 7,2 skala Richter tahun 1995 di kota Kobe menewaskan 6.400 orang.

 

Pemerintahan kota Tokyo telah menyatakan, sebuah gempa bumi di ibu kota dengan kekuatan setara dengan gempa Kobe dapat menewaskan lebih dari 7.000 orang dan mencederai sampai 160.000 orang.

 

“Sistem peringatan itu bukannya tanpa kelemahan. Ini bukan sebuah sistem untuk meramalkan atau mencegah gempa bumi,” kata Toshihino Shimoyama, seorang ahli seismologi dan badan meteorologi. “Itu bisa memperingatkan orang hanya beberapa detik sampai puluhan detik sebelum gempa mencapai daerah tempat tinggal mereka.”

(REUTERS/AFP/AP/DI)

 

 

 [Corporate Rooms Care]    [Home Rooms Care]    [Apartment Rooms Care] 

 

 [ERDBEBEN Alarm]    [Mari Berdamai Dengan Gempa]     [Pelatihan Terbuka]    [Agents Jakarta Dsk]