1999

 

***************************************************************************************************************************   

   

   

   

   

    

Kehidupan Adam dan Perjuangan Hidup

 

Hidup adalah sebuah perjuangan yang tak pernah kenal henti. Di dalam kelangsungannya hidup itu penuh dengan rintangan dan hambatan, pertentangan dan pergumulan, serta pertarungan dan persaingan. Sehingga mereka putus asa dan lemah hatinya tidaklah akan mampu untuk berjuang di dalam hidupnya. Sedangkan mereka yang tidak mau berjuang di dalam hidupnya, juga tidak akan pernah  akan memiliki keberanian yang cukup untuk memperjuangkan hidup itu sendiri. Padahal hidup yang berarti adalah hidup yang memperjuangkan kehidupan, baik bagi kepentingan dirinya sendiri maupun bagi kepentingan sesamanya manusia. Oleh sebab itu  kecintaan akan hidup, dan sikap yang meluhurkan kehidupan, adalah dasar yang utama di dalam usaha memperjuangkan kehidupan semesta. Maka di dalam semangat itulah setiap orang harus memiliki  di dalam hatinya,  rasa  keperwiraan, rasa  kecintaan, dan rasa  kedamaian (13/11/1999:7/5:04/08/1932). Dengan  rasa  keperwiraan itu seseorang siap senantiasa untuk membela kehidupan. Oleh karena rasa kecintaan  seseorang akan selalu bersikap menghargai terhadap kehidupan. Sedangkan melalui rasa kedamaian di hatinya seseorang akan tetap merasa tenang di dalam  mengarungi samudera kehidupan yang penuh dengan gelora tantangan. Bukan hanya pada saat-saat tertentu saja, akan tetapi terus-menerus selama dua-belas bulan di dalam kurun waktu setahun. Tanpa henti senantiasa mengasah dirinya, meliwati bulan  baru demi bulan baru, bulan purnama demi bulan purnama, dan hari raya kita demi hari raya kita. Bersikap selalu teguh mengarahkan tatanan hidupnya dalam menghadapi gelombang persoalan yang datang melanda. Di kala sebuah tantangan hidup berkembang di sekitarnya haruslah ia berada di sana, dalam sikap yang kuat, dengan pikiran yang jernih, berpendirian tegas, penuh keberanian, selalu siaga, dan dalam perhatian yang terpusat(14/11/1999). Karena itulah kehidupan yang sejak pada mulanya telah diamanatkan kepada putra-putri Adam dan Hawa. Sebagai makhluk pilihan yang telah menerima kepercayaan untuk hidup dan memperjuangkan kehidupan(21/11/1999).   

 

Allah yang berfirman dalam kuasa RohNya telah bersabda dalam keabadian waktu:  ... Aku Ada Yang Aku Ada … Aku Menjadi Yang Aku Menjadi … Aku Menjadikan Yang  Aku Menjadikan ... Bukan hanya sekali untuk selama-lamanya, akan tetapi senantiasa sepanjang masa. Demikian pula bukan hanya dahulu, akan tetapi juga sekarang dan kelak di masa-masa yang akan datang. Maka dengan mengatakan … Aku Ada … sesungguhnya Allah menyatakan bahwa … Aku Hidup … Oleh sebab itu dengan memberitakan bahwa Allah itu ada dan hidup, pada hakekatnya orang yang beriman kepadaNya mengakui pula bahwa Allah itulah keadaan dan kehidupan yang sejati. Sebab di dalam Allah sajalah semua yang telah diciptakan menjadi ada, hidup, dan bergerak, yaitu sesuai dengan kehendak Allah yang belum terpahami sepenuhnya oleh pengertian manusia.  Demikianlah Allah ada dan hidup, bukan hanya di dalam dan untuk diriNya sendiri, akan tetapi juga melalui Adam yang telah dijadikan sebagai gambar dan rupa Allah. Dialah Adam yang telah ada sejak mulanya, sebelum Adam dan Hawa diciptakan dalam kasih Allah.  Sesungguhnya di dalam Adam yang asali dan abadi itu Allah telah menyatakan diriNya, mewujudkan firmanNya, dan menempatkan RohNya.  Maka pada Adam yang rokhani itulah firman Allah telah ada sejak pada mulanya, bersama dengan Allah, di dalam Allah, dan dengan demikian adalah Allah sendiri yang berkarya  melalui kuasa RohNya.  Daripada Adam itulah segala-sesuatu telah dijadikan, dan kepadanyalah pula segala-sesuatu kemudian diserahkan.  Seluruh alam-semesta tergelar tanpa batas bagi Adam yang pertama, supaya  daripadanya Adam yang kedua dan Hawa istrinya menerima amanat kehidupan di bumi.  Karena Adamlah yang telah ditetapkan Allah untuk menjadi raja yang memerintah, dan imam yang menguduskan, seluruh kehidupan yang ada, bagi kemuliaan Allah Yang Maha Kuasa. Namun demikian oleh karena kebebasan untuk memilih, yang telah dianugerahkan Allah bagi seluruh makhluk di bumi dan di sorga, bukan hanya malaikat kuasa terang yang tampil kemuka, melainkan juga malaikat kuasa gelap. Malaikat yang pertama, dengan semua bala-tentaranya, telah memilih untuk mematuhi kehendak Allah dan melayani kerajaan Adam. Sebaliknya, malaikat yang kedua, beserta semua pengikutnya, telah memilih untuk membantah perintah Allah dan melawan pemerintahan Adam. Sehingga setelah Adam dan Hawa dijadikan Tuhan daripada Adam yang pertama, berlawanan dengan malaikat kuasa terang yang telah menjadi sumber peringatan dan pertolongan, maka malaikat kuasa gelap tiada hentinya melakukan penipuan dan penyesatan yang keji. Karena malaikat kuasa gelap yang semula indah, agung, dan mulia itu bersikap menolak terhadap Adam yang telah dipilih untuk menjadi gambar dan rupa dari kemuliaan Allah Yang Maha Tinggi.  Sesungguhnya oleh karena pemberontakan malaikat kuasa gelap inilah akhirnya terjadi pertentangan abadi di antara kebaikan dan kejahatan, penataan dan perusakan, sorga dan neraka, serta berkat perjanjian dan kutuk penolakan. Bukan hanya di alam malaikat yang bersifat rokhani, akan tetapi juga di dalam kehidupan manusia. Maka menjadi rusaklah kehidupan oleh karena ketidak-patuhan, pelanggaran, dan kejatuhan  manusia di bumi.  Manusia yang dikasihi Allah kini telah tertipu dan menjadi sesat, hingga kehilangan kemampuannya untuk menjadi gambar dan rupa Allah yang sejati. Berbeda dengan Adam sorgawi yang dipenuhi dengan kemuliaan Tuhan, maka Adam beserta Hawa istrinya kini diliputi kabut kepalsuan diri, kekerasan hati, dan kebebalan rasa. Sehingga ia kini harus menjalani dan mengemban amanat kehidupannya dalam pergumulan dan penderitaan yang tiada pernah mengenal akhir. Karena Adam sorgawi merupakan sumber kejadian manusia, yang telah terwujud  dari dalam dirinya, maka ia terikat pula kepada  penderitaan yang berlangsung di bumi. Demikian pula Allah, yang hadir di dalam Adam melalui  Firman dan RohNya, kemudian juga tersentuh oleh penderitaan umat manusia yang dikasihiNya. Walaupun dalam hakekat keberadaanNya Allah tidak dapat tersentuh oleh  peristiwa  apapun, sesungguhnya kehidupan telah menjadi ada oleh karena kehadiran Allah di dalamnya. Maka tidaklah Ia terpisahkan dari kehidupan manusia yang penuh dengan penderitaan dan pergumulan.  Karena bukankah semua yang berada di dalam Adam, dan terwujud sebagai kehidupan di bumi, adalah berasal daripada Allah sendiri?  Maka Adam, yang merupakan sumber keberadaan Adam dan Hawa, kini harus datang ke antara umat manusia, sebagai  keturunan Adam dan Hawa juga. Ia datang untuk mengalahkan kuasa kegelapan dan mematahkan belenggu kenistaan yang menjajah putra-putri Adam dan Hawa. Dengan semangat pembebasan yang tiada taranya Ia berjuang di tengah penderitaan umat manusia, dan mengalami berbagai duka-nestapa dan kesakitan, bahkan hingga mati dalam kenistaan, supaya manusia  dapat mengalami pemulihan dirinya. Sehingga dengan manusia menempatkan dirinya di bawah pemerintahan Allah, dan menerima karya penyelamatanNya, gambar dan rupa Allah yang berada di dalam dirinya akan dapat dinyatakan kembali. Bukan hanya dalam kehidupan pribadinya sendiri, akan tetapi juga dalam ikatan persekutuan, tatanan masyarakat, dan lingkungan hidup di mana Ia berada. Sehingga melalui umat manusia dengan sepenuhnya Adam akan menjadi Tu(h)an, Raja, dan Imam bagi seluruh alam-semesta.  Ia menjadi pemegang kuasa  Allah yang berwenang untuk menghapuskan kutuk penolakan, memadamkan api neraka, mengatasi tipu-daya dan penyesatan yang jahat, serta menundukkan perlawanan kuasa kegelapan, yang kelak akan berada di bawah penghakiman sorga atas perlawanannya terhadap seluruh kehendak Allah(11/11/1999>13/11/1999 > 15/11/1999).

 

Oleh sebab itu sempurnakanlah pemahaman atas  semua kebenaran iman, yaitu yang bermula pada titik awalnya, dan berputar melingkar hingga mencapai titik awal itu kembali. Lalu berjuanglah dengan seluruh pemikiran, perkataan, dan perbuatan yang luas dampak kebaikannya. Sambil merawat semua orang dan segala perkara yang telah dipercayakan. Agar kelak menjadi layak untuk berbaris di bawah  panji ratu adil, yang akan maju dengan tanpa ragu, untuk terus melangkah di jalan keadilan, dengan berpandukan  kebenaran (16/11/1999).

 

Maka saksikanlah secara nyata dengan seluruh pemikiran, perkataan, dan perbuatan yang membesarkan hati. Bahwa Adam yang abadi itu adalah ungkapan kebaikan Allah yang berfirman di dalam kuasa RohNya. Maka Adam adalah pengemban tanggung-jawab atas seluruh alam-kehidupan, yang berdiri di tengah kancah pertentangan antara kuasa terang dan kuasa gelap. Ia tidak akan meninggalkan kancah perjuangan, yang telah menjadi tempat kediaman Adam dan Hawa, serta seluruh umat manusia keturunannya, agar kehidupan dapat terus berkembang dan tidak menjadi binasa.  Sehingga di dalam kebebasan hidup, yang akan berlangsung hingga tibanya hari kematian, setiap orang dapat mempunyai hikmat dalam memilih antara suka dan duka, sirna dan ada, sorga dan neraka, baka dan fana, serta terang dan gelap. Agar di dalam menentukan arah dan geraknya, serta peristiwa dan keadaannya, setiap orang yang  telah lahir  dari  bapak  dan ibunya   juga akan lahir kembali oleh  Firman dan Roh Allah. Sehingga di dalam seluruh karyanya setiap orang dapat mencari jalan untuk memberkati dan menjadi berkat, dalam rangka menjauhkan kutuk dan kenestapaan atas alam kehidupan. Demi  kebahagiaan dirinya sendiri dan kesejahteraan umat manusia. Maka bersama Adam, yang telah menanggung harga tebusan hidupnya, seseorang akan mampu untuk menjadi raja dan imam, yaitu tu(h)an bagi seluruh dunia ciptaan. Dengan demikian tidak seorangpun akan mati di dalam hidupnya, melainkan ia akan selalu bangkit di dalam pengharapan, yang diteguhkan oleh iman dan kasih di dalam dirinya. Ia akan hidup dengan sebuah pengharapan yang tidak akan pernah pudar, apalagi sirna, dalam penghayatan yang merasuk masuk memenuhi seluruh lahir dan batinnya. Maka inilah pengharapan di atas segala pengharapan, yaitu bahwa setiap orang kiranya akan dapat bertumbuh, dari keadaannya sebagai gambar menuju kepada kedudukannya sebagai rupa kemuliaan Khaliknya(17/11/1999). Dalam  kesaksian iman, yang menjadi  dasar dan tujuan hidup, bertumbuhlah keyakinan  di hati, bahwa setiap orang harus selalu bersikap menghargai hidup sesamanya manusia,  oleh  karena begitu besarnya kasih Allah terhadap umat manusia(21/11/1999).

 

Berdasarkan pandangan ini pula segala-sesuatu harus diuji, agar dapat ditentukan kebenarannya. Termasuk di antaranya hukum, undang-undang, aturan-aturan, agama-agama, bahkan masyarakat dan negara, yang hanya layak untuk menjadi berlaku apabila ditegakkan di atas dasar kemanusiaan yang sejati. Karena manusia bukan diciptakan untuk hukum dan sebagainya itu, melainkan hukum dan sebagainya itulah yang telah diciptakan untuk manusia. Sehingga apabila pada suatu saat terjadi benturan antara kepentingan manusia dengan wibawa kekuasaan, baik yang didukung oleh kekuatan hukum maupun kekuatan lainnya, maka kepentingan manusia itulah yang harus didahulukan. Apalagi bila kepentingan manusia tersebut menyangkut persoalan kesejahteraan rakyat banyak(17/11/1999 ).

 

Maka demi kemerdekaan dan hak-hak azasi manusia, segala daya dan upaya harus dilakukan dalam rangka memperjuangkan kehidupan yang adil dan benar (18/11/1999). Karena pada hakekatnya keberadaan manusia tidak selayaknya terpisah dari kehendak Tuhan yang telah menciptakannya. Dengan demikian adalah baik dan sepantasnya bila setiap orang berusaha mencari kehendak Tuhan, bukan hanya pada dimensi spiritual, akan tetapi juga pada dimensi sosial dalam kehidupannya. Sesungguhnya di dalam berbagai sabda yang telah difirmankan Tuhan termuat pandangan-pandangan yang dapat memberi pengertian, dan merangsang pemikiran, yang dapat digunakan dalam menyusun berbagai kebijakan yang bermuara pada kesejahteraan umat manusia (20/11/1999:7/2:11/08/1932). Pada tataran yang lebih tinggi inilah substansi perjuangan hidup yang sesungguhnya, yaitu untuk berusaha menerapkan esensi nilai-nilai Kerajaan Allah di muka bumi.  Sehingga  akan menjadi nyata pula kata-kata di dalam doa … Datanglah kerajaanMu, jadilah KehendakMu di bumi seperti di sorga …, melalui ibadah penata - layanan Adam(24/11/1999:4/1:15/08/1932). Dengan demikian bukanlah sesuatu hal yang mustahil bahwa pada suatu saat kelak akan dapat terwujud sebuah masyarakat sipil yang merdeka dan mandiri, di mana sila-sila  Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab akan menjadi dasar yang utama dalam proses pembentukan budaya politiknya(21/11/1999). Kiranya inilah yang  menjadi doa dan harapan kita bersama. Amin!        

[Back]

 

 

 

[Ben Poetica] - [Karya Carita]