01 Perjalanan Nepikah

***************************************************************************************************************************

 

Bait 01

Dan setelah dilahirkan

ia diberi nama Nepikah

Tubuhnya sehat

karena hawa sejuk pegunungan

ia dibesarkan oleh

susu, lemak dan daging lembu

Ia mandi di sungai jernih

dan bermain di lautan raya

Ia menjadi dewasa

Di dalam rumah Tuhan

 

Bait 02    

Pada umur tujuh belas tahun

ia meninggalkan rumah bapanya

dengan memakai jubah hitam

dan bertongkat besi

serta membawa buntalan

Setelah berjalan tiga hari

tibalah dia pada kuil sengsara

yang berdiri dikota Yasapura

masuklah Nepikah

dinyalakannya lilin dan dupa

dan ia melakukan upacara Jumakat suci

kemudian ia mandi pembasuhan

dan mandi di kolam kuil

kemudian ia berjalan lagi

 

Bait 03

Dan setelah berjalan sebulan

tibalah ia dirimba raya

lalu tinggal disitu

dan mendirikan pondok

Pada suatu pagi

berjalanlah Nepikah

ia menyeberangi sungai

dan tibanya di seberang

menyanyilah ia:

 

Bait 04

Terpujilah Engkau ya Tuhan

yang besar kasihnya

kemuliaan bagi namaMu

Engkaulah raja diantara segala raja

dan penguasa jagad raya

Siapakah selain Engkau?

yang dapat

menciptakan alam ini

sungguh kuduslah Engkau

dan agung kukuasaanMu

 

Bait 05

Kau ciptakan hutan yang indah

yang penuh burung-burung

Kau lairkan sungai jernih

Penuh ikan-ikan indah

betapa semaraknya bumi

oleh ciptaanMu

Engkaulah pusat kehidupan

dan keajaiban semesta

Kulagukan pujian bagiMu

sepanjang hidupku

[Back]

 

Bait 06

Nepikah menyanyikan pujian

sambil berjalan terus

suaranya berdengung ria

menggaung di hutan raya

ditingkahi suara burung

dan desiran angin lalu

Dan ia terus berjalan

menyaksikan keindahan alam

 

Bait 07

Adapun hidup Nepikah

penuh kegembiraan

Ia makan sayur dan buah

sebab hatinya berbelas

akan nyawa binatang

Tiap pagi hari

sahabatnya penebang kayu

mengantarkan padanya

susu dan roti gandum

untuk santapannya

Nepikah mandi tiap pagi

dan bila sore hari

Hidupnya penuh pemujaan

bagi Tuhan yang Mulia

 

Bait 08

Pada suatu pagi

sesudah tiga bulan

Nepikah tinggal di hutan

berjalanlah ia

kepedalaman hutan yang lebat

untuk bertapa

Ia berjalan seorang diri

memasuki hutan gelap

 

Bait 09

Sepuluh hari berlalu

tibalah ia

pada kolam yang jernih

Maka iapun masuklah

kedalam air itu

Ia berdiri tegak

tangannya membentuk sembah di dada

dimulainya tapa itu

dan ia hanya keluar pagi

untuk bersantap

 

Bait 10

Pada hari yang keempat

dari tapanya itu

Pada tengah malam

datanglah padanya

seorang tua yang berjanggut

Orang tua duduk di tepi

dan lalu berkata

[Back]

 

Bait 11

Ujarnya:

Hai pertapa bodoh

aku tahu siapa engkau

Bukankah engkau

anak peternak kaya?

mengapa engkau berlaku begini

menyiksa diri

yang tak ada gunanya?

Apakah kehendakmu yang bodoh?

atau, bapamu tak punya pikiran?

 

Bait 12

Maka sahut Nepikah

dengan hati yang panas:

Sebab apakah mulutmu lancang?

Bukankah engkau tahu,

apa guna kaya masuk neraka

Bukan bapaku bodoh

dan akupun punya pikiran

Tapi hatikulah

yang menyuruhku berbuat begini

 

Bait 13

Tertawalah orang tua itu

dan katanya:

Tapi kesenangan

bukan terdapat di hutan

Di sana! Di kota!

Apabila kau menikah

kau akan dipuaskan istrimu

buah dadanya yang bulat

akan memuaskanmu

semasa mudamu

Renungkanlah hai pertapa!

 

Bait 14

Aku sudah tahu semua

geram Nepikah penuh amarah

lalu sambungnya:

Akupun kelak menikah

tidak selamanya aku menjadi pertapa

tiga hari kuberjalan

hingga sampai pada kuil sengsara

satu bulan kulangkahkan kakiku

tiba di rimba raya

dan sesudah tiga bulan

kutinggal rimba

Lalu keberjalan sepuluh hari

sampai daku di kolam ini

dan kumulai tapaku

yang kini menginjak hari keempat

dan akan kujalani

tiga hari lagi lamanya

Lalu kuberjalan lagi

kearah yang belum kutentukan

dan nanti akhirnya

aku juga akan menggabungkan

diriku pada masyarakat ramai

Apakah ini berarti selama-lamanya

aku menjalani tapaku?

Pergilah hai iblis tua!

Jangan ganggu aku!

 

Bait 15

Tersentak orang tua itu

matanya membelalak

merah penuh amarah

dengan keras ia menjerit

Cakar tangannya

menggapai merusak

tubuhnya terliputi asap hitam

berbau busuk

berbau bangkai

Lalu tubuh hilang perlahan

dengan berteriak mengerikan

[Back]

 

Bait 16

Muncullah bayangan jahat

menggoda Nepikah

tubuh perempuan telanjang

merayu penuh nafsu

laki-laki dan wanita

bersetubuh penuh goda

Tapi hati Nepikah

tak tergoda sedikitpun

dan akhirnya menjelang pagi

godaan penjelmaan setan itu

hilang lenyap

 

Bait 17

Nepikahpun melanjutkan tapanya

dan genap tujuh hari

ia melanjutkan perjalanannya

dengan gagah berani

 

Bait 18

Dijalaninya hutan dan rimba

diseberanginya sungai-sungai

ia bergaul dengan margasatwa

dan bernyanyi

bersama unggas-unggas 

dipuji-pujinya

segala tetumbuhan yang indah

dan dilagukannya

alam yang teramat berseri

ia berjalan sambil menyanyi

di tengah hutan seorang diri

 

Bait 19

Waktu tengah malam

ia sedang duduk melepas lelah

didengarnya dikejauhan

suara orang bernyanyi

dan dilihatnya

satu titik sinar disana

Iapun bangkit

berjalan menghampiri

dengan hati yang  berdebar-debar

 

Bait 20

Tiba ia disana

dilihatnya sekumpulan orang

iapun bersembunyi disemak

sambil berkeluh:

Mahayasu! apa ini!

lalu diperhatikannya

apa yang dilakukan

sekumpulan orang itu

pada pesta ditengah hutan

 

Bait 21

Dan terlihatlah di situ

di sebuah lapang kecil

berkeliling orang-orang

terdapat di antaranya

beberapa orang pendeta

Terlihat di sebelah pinggir

sebuah meja dari batu

di atasnya terdapat

dua buah lilin, bokor berisi dupa

dan arca Mahayasu dari perak

Maka berpikirlah Nepihak

mereka itu orang baik adanya

 

Bait 22

Terlihatlah kemudian

seorang yang agak tua

membacakan doa

yang membuat keadaan hening

serentak beberapa orang

mengeluarkan alat-alat musik

dan membunyikannya teramat meriah

suling, rebab, kecapi

dan banyak alat musik lainnya

meramaikan malam yang sepi itu

dengan suara yang indah

 

Bait 23

Tiba-tiba bangunlah seorang wanita

dari kumpulan orang-orang itu

ia menuju ketengah

dan berdiri agung

teramat cantik wajahnya

Kulitnya kuning langsat berkilau

bersinar pada gelap malam itu

Wajahnya bulat telur

matanya besar dan bulat

menyorotkan sinar hidup

pipinya berkilau-kilau

dan hidungnya mungil indah

serta rambutnya terurai menyentuh bumi

bibirnya kemerahan indah

Nepikah terpesona

menyaksikan kecantikan wanita itu.

[Back]

 

Bait 24

Tiba-tiba tubuh wanita itu bergerak

lalu menari

diiringi suara musik merdu

tubuhnya melonjak-lonjak ria

indah disinari obor api

badannya terbungkus sutra kuning

yang membuat bayang-bayang indah

apabila ia hening sejenak

terlihatlah buah dadanya

yang bulat dan indah

wanita itu terus menari

dan makin bersemangat

tubuhnya berkilau oleh keringat

nampak penuh keindahan

 

Bait 25

Maka setelah lama menari

wanita itu diam

dan berdiri tegak

tangannya membentuk tanda sembah

lalu ia menyanyi

sambil menggerak-gerakkan kakinya

suaranya mengalun merdu

mengalun indah terdengar ia berlagu:

 

Bait 26

 "Aku adalah gadis agama

dan hamba Mahayasu

kerjaku menyanyi dan menari

bagi kemuliaan Mahayasu

Pada saat pesta agama

aku menari hingga lelah

dan menyanyikan lagu

syukur pada Mahayasu

kulagukan ini pada Yasu

dengarlah:"

 

Bait 27

"O Yasu Yang Agung

alangkah besar kuasamu

Dikau Penguasa Alam

dan Raja Keabadian

Bulan terang pada malam hari

memancarkan pujian suci

berlagu dan bersinar

memuji Mahayasu Raja Abadi

Ya Yasu, alangkah besar kuasaMu

dan kemuliaanMu kekal"    

 

Bait 28

"Ya Yasu Raja yang Kudus

dikaulah Pelindungku

dan sahabatku yang setia

yang penuh kasih dan lembut

serta penuh cinta

Kupuji dikau Tuhanku

karena kasihMu akan daku

padaMu kupersembahkan hormat

sepanjang hidupku"

 

Bait 29

Demikianlah wanita itu

menyanyi dan menari

diiringi suara musik merdu

pada malam yang gelap

Suaranya indah dan merdu

menggaung pada daun-daun pohon

menyanyikan pujian kudus

Bagi Sri Baginda Raja Yasu

Sementara itu Nepikah

karena terpesona tak disadarinya

ia masuk pada kumpulan orang-orang itu

 

Bait 30

Wanita itu sudah berhenti menari

ia berlutut di hadapan meja suci

sesekali suaranya melengking tinggi

meneriakkan nama Mahayasu

Lalu akhirnya gadis itu berkata:

"Marilah sahabat kita memuji Tuhan,

sebab Tuhan kita itu Maha Perkasa"

telah datang saat ini

Maka kumpulan orang-orang itu

bernyanyi bersama:

[Back]

 

Bait 31

"Terpujilah Tuhan Kita Yang Esa

sebab kasihNya akan kita

dikaruniakannya akan manusia

Penolong yang gagah perkasa

Terpujilah Tuhan Kita Yang Esa"

 

Bait 32

"O Mahayasu yang gagah perkasa

Dikau datang pada kami

dengan kereta emasmu

Alangkah agungnya Dikau

diiringi bala tentara malaikatmu

Datanglah pada kami

dengan rejeki dan berkat"

 

Bait 33

Setelah selesai nyanyian itu

keadaan hening sejenak

Kemudian seorang pendeta yang tua

membacakan syair pujian

di hadapan meja suci

lalu ia membungkuk

keningnya menyentuh tanah

Dan orang banyakpun

berbuat seperti itu

Maka upacara selesai sudah

 

Bait 34

Adapun orang-orang itu

terkejut melihat Nepikah

Tetapi ketika Nepikah berkata

bahwa ia seorang pertapa

maka iapun diterima dengan baik

Setelah itu

mereka bersantap bersama

dan minum anggur manis

Selesai persantapan

pestapun selesai sudah

Maka Nepikahpun

tidur di pondok mereka

 

Bait 35

Empat belas hari lamanya

Nepikah tinggal

bersama penduduk di hutan itu

Ia jatuh cinta kepada wanita

wanita cantik bernama Roxana

yang pada malam terdahulu

menari dan menyanyi bagi Tuhan

Maka mereka berdua

dinikahkan oleh para pendeta hutan itu

Adapun Nepikah

hidup berbahagia bersamanya.

 

Bait 36

Pada hari yang kelima belas

Nepikahpun berjalan lagi

untuk menuju ke dunia ramai

Para penduduk hutan itu

menghadiahkan padanya

Patung Yasu, pedang suci

air kudus, alat musik,

lonceng dan kitab

Nepikahpun menerimanya

dengan senang hati

dan rasa terima kasih

Iapun berjalan bersama istrinya

dilepas oleh penduduk hutan itu

dengan linangan air mata

 

Bait 37

Pada hari keempat perjalanannya

tibalah Nepikah dan istrinya

di tepi sebuah sungai

dekat pada tepi hutan

Lalu mereka beristirahat

pada sebuah gua karang

Maka setelah persantapan malam

Nepikah bersemadi di muka gua

sedang Roxana istrinya

melakukan upacara sore

di dalam gua itu

[Back]

 

Bait 38

Setelah Nepikah bersemadi

ia duduk dimuka gua

bersama Roxana istrinya

Mereka menyaksikan

keindahan malam sunyi

Maka Nepikahpun menyanyi

karena keindahan yang disaksikannya

suaranya mengalun tenang

Menembus dedaunan pohon

 

Bait 39

Nepikahpun berlagu:

"Sangat indah malam yang sepi

dan penuh kesyahduan

indah, indah malam yang sepi ini

Candra datang bersinar

menerangi malam yang sunyi

sinarnya kuning dan lembut

halus bagai sutra dewangga

membuat makhluk-makhluk malam

bermandi cahaya

Burung-burung malam berkicau

Melompat-lompat didahan kayu

Berkicau penuh senang

bersyukur pada YANG KUASA

atas karunia keindahan ini

Amat indah malam sepi ini

Yang penuh kelembutan

tanpa perang yang dahsyat

dan tanpa kekerasan yang buas

Semua makhluk malam bersuka

karena kesyahduan malam sepi ini"

 

Bait 40

Nepikahpun berhenti berlagu

dan dilihatnya

Roxana telah tertidur di dadanya

Lalu diangkatnya istrinya

dan ditidurkannya di gua

dan Nepikahpun tidur di sisinya

sambil memelukkan tangannya

menjaga sang kekasih hati

[Back]

 

Bait 41

Keesokan harinya

setelah bersantap pagi

Nepikah dan Roxanapun

melanjutkan perjalanannya lagi

menembus hutan yang lebat

melewati sungai-sungai

Setelah satu hari berjalan

tibalah mereka pada tepi hutan

lalu berjalanlah mereka berdua

menuju ke kota Yasapura

 

Bait 42

Ketika tiba pada sebuah desa

Nepikahpun membeli kereta

dan dipasangnya kuda

lalu merekapun berjalan

menuju kota Yasapura

Maka perjalanan dengan kereta

meliwati daerah yang indah

yaitu lembah bunga-bungaan

yang di apit oleh bukit-bukit subur

Mereka meliwati ladang gandum

yang kuning subur

Mereka meliwati sungai jernih

melalui jembatan batu

dan akhirnya setelah dua hari berlalu

dan setelah meliwati

gerbang raksasa yang penuh rahasia

masuklah mereka ke kota Yasapura

 

Bait 43

Merekapun beristirahat

tidur di penginapan

dan pada pagi harinya

bangunlah mereka berdua

dan mandi serta berpakaian

Adapun Nepikah

mengenakan pakaian yang indah

Baju Nepikah berwarna kuning

dihias oleh kancing-kancing mas

Ia juga memakai ikat kulit

yang membebat pinggangnya

celana panjangnya hitam

dan ia memakai sepatu kulit

sebagai bagian yang terakhir

dipakainya Jubah yang indah

Sedangkan Roxana, istrinya

ia memakai pakaian panjang

yang bertabur permata-permata

juga dipakainya sepatu indah

yang terbuat dari kulit berhias

dan kemudian yang terakhir

dipakainya pakaian luar

yang terbuat dari sutra kuning

pakaian ini rapi membungkus

pakaian panjangnya

Selesai berpakaian

berangkatlah mereka

ke Kuil Sengsara Mahayasu,

hendak bersembahyang

 

Bait 44

Ketika mereka tiba

di halaman kuil sengsara

didengarnya orang sedang menyanyi

mengumandangkan pujian

bagi Mahayasu

terdengarlah suaranya:

[Back]

 

Bait 45

"Pujilah akan Yasu

hai umat manusia

Pujilah Tuhan kita Yasu

hai segala alam raya

Ketahuilah wahai segala makhluk

dialah Raja di atas segala raja

yang mahkotanya bercahaya

dan takhtanya bagai Matahari

Ia memerintah dengan adil

dikelilingi oleh para pahlawan

dan oleh para malaikat bersayap

Mulialah Ia di istanaNya

dan di manapun juga"

 

Bait 46

Dan sementara mereka  bernyanyi

datanglah seorang pendeta

dan selesai bernyanyi

dimulailah upacara kebaktian

Pendeta itu berkhotbah

kemudian bersembahyang

dan akhirnya selesailah upacara

dengan ditutup oleh sebuah nyanyian

[Back]

 

Bait 47

Selesai upacara

Nepikah dan Roxana berjalan

menuju keruang belakang kuil

di sana mereka berdua

bersembahyang kepada Tuhan

di hadapan arca suci Mahayasu

Maka Nepikahpun berdoa syukur

atas lindungan Tuhan

selama perjalanan dan pertapaannya

Sedangkan Roxana

menurut contoh Maria Magdalena

mengeluarkan botol minyak wangi

dicucurkannya pada kaki

arcaMahayasu yang suci

lalu disapunya kaki arca itu

dengan rambutnya yang panjang

sambil ia menyanyi lagu pujian

 

Bait 48

Selesai bersembahyang

bangunlah Nepikah dan Roxana

dan pulang kepenginapan

Lalu pada pagi harinya

berangkatlah Nepikah dan istrinya

dengan menaiki kereta

pulang kerumah Nepikah

[Back]

 

 

Bait 49

Setibanya Nepikah danRoxana

pada rumah bapa Nepikah

kedua orang tua Nepikah

amatlah berkenan akan menantunya

Maka Nepikahpun mendirikan pondok

di samping rumah bapanya

lalu tinggal bersama Roxana istrinya di situ

dengan penuh kebahagiaan.

Asrama Bruderan, Jalan melati, Purworejo, 1973

 

Catatan : Kehidupan biarawan Katolik, tradisi berjiarah ke Gua Maria, buku Ramawijaya, dan sebuah film India mempengaruhi penulisan cerita ini.

 

]

 

[Ben Poetica] - [Karya Carita]

 



 


 

 Copyright©soneta.org 2004  
 For problems or questions regarding this web contact
[admin@soneta.org] 
Last updated: 04/06/2015